Senin, 27 Oktober 2008

Analogi Puasa dan Kesabaran


Analogi Sederhana Tentang Puasa dan Kesabaran



Sebuah analogi sederhana, kenapa orang yang telah berpuasa bisa lebih sabar. Semoga analogi yang saya gambarkan tidak menambah bingung pembaca. 

Suatu hari saya pernah denger wejangan dari seorang ibu. Inti dari wejangannya adalah hubungan rasa lapar dengan amarah seseorang. Beliau (Barakallahu la huwa) nyampein klo orang laper itu emosinya lebih cepet naik. Terlepas dari bener dan salahnya statemen itu, hanya diri sendiri yang tau, karena terkadang rasa marah itu hanya terpendam dalam hati dan ga tersampein. So, mari sama-sama introspeksi diri, bener ga klo kita laper jadi lebih gampang tersinggung/marah. Analogi di bawah ini saya dasarkan pada anggapan klo orang laper bisa cepet marah itu benar. 

Di saat orang berpuasa, dapat dipastiin tuh orang pasti kerasa laper and aus. Sesuai dengan pendapat ibu di atas, dalam kondisi demikian orang berpuasa akan lebih mudah tersinggung. Tapi lain halnya ketika puasa itu diperuntukan kepada Allah, insya Allah dia akan menjaga amalan puasanya untuk tidak terkurangi karena lepasnya rasa sabar. Jika dengan bertahan pada kondisi sabar pada saat lapar saja bisa, apalagi klo harus bertahan sabar pada kondisi tidak lapar, insya Allah akan lebih mudah bukan? 

Mari bersama berintrospeksi diri

Rabu, 22 Oktober 2008

Lebaran 1429 H

Lebaran 1429 H

Ga mau nulis banyak aaaaah, cuma maw masang-masang photo ajah, hihihihi















Ini lagi di rumah budhe, hari pertama lebaran rumah eyang penuh, jadinya ngalah terus ngungsi ke rumah budhe. Fyi, rumah budhe sebelahan sama rumah eyang, he3

















Hari ke-2 Klo yang ini lagi di rumah
ortu, kumpul2 maw acara pertemuan keluarga. Kok dari tadi yang pasang cuma foto anak2 sieeee, yang senior senior mana?




Hehehe, ternyata yang senior rela berkorban buat masak di belakang, nyam3, kira2 apa yaaach sajian hari ini?




Ada bakso and semangka



Ada Kue Gulung


Sesi makanan na dicukupin dlu yaaaach, ni lagi da ceramah dari ustadz. Sttttttt dengerin tuuuh, pak Usatdz gi ngasih wejangan2.

Yang pake peci putih, itu eyang kakung ,,,

















Karena ceramah udah slese and emang pada laper, sekarang makan yuuuuuuk, hehehehe


Selamat hari raya Ied Fitri 1429 H yaaaaa

Banyak Jalan Menuju Allah


Banyak Jalan Menuju Allah



Alam semesta bertasbih kepada Allah, Nabi Muhammad SAW pun selalu berdzikir dan mengagungkan asmaNYA, dan sehingga Allah juga bersalawat atas dirinya. 

Pernah suatu hari membaca sebuah imel yang isinya menyalahkan ajaran seorang ustadz dalam mencapai kekhusu'an dalam sholat. Penulis imel menyatakan bahwa kekhusu'an sholat hanya bisa dicapai dengan menggunakan metoda Tarikat. 

Dalam tulisan ini,, saya tidak bermaksud untuk menyalahkan pihak satu maupun pihak yang lain. Melainkan saya hanya ingin mengingatkan bahwa tiada kebenaran yang hakiki melainkan milik Allah semata. Segala yang hak (benar) adalah milik Allah. 


Dalam imel yang saya baca tersirat, bahwa Tarikat adalah metoda yang paling benar untuk mendekatkan diri kepada Allah, karena dengan Tarikat, kita dapat mengenal Allah dengan lebih mudah. Pernyataan tersebut mungkin saja benar. Bahkan tidak baik jika kita menyalahkan pendapat tersebut, dengan dalih, Allah adalah satu2nya yang paling mengetahui tentang segala yang Hak. Jika pendapat tersebut benar, apakah tidak ada cara lain untuk mengenal Allah? Bagaimana dengan nasib seorang hamba ataupun sebuah kaum yang tidak mengetahui sama sekali tentang keberadaan aliran tersebut? Bagaimana jika ada kaum yang lain lagi, mereka mengetahui tentang Tarikat, tapi mereka tidak masuk kedalamnya, karena Allah memang tidak berkehendak untuk mengijazahkan Tarikat kepada mereka (karena Allah adalah Maha Penentu segala sesuatu). Apakah keinginan meraka untuk mengenal Allah akan tinggal sebagai keinginan belaka, apakah rasa khusu' akan tetap menjadi angan2 bagi mereka? Lebih jauh lagi, apakah anugrah Allah atas orang2 yang khusu' dalam sholat tidak akan mereka rasakan? Sedangkan Allah adalah Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang bagi semua hambanya. Segala apa yang dibebankan (baik itu berupa cobaan, cara, metoda dll) kepada hambaNYA, Allah telah mengukur akankah hamba2NYA tersebut mampu untuk melakukan dan menanggungnya. 

Tiada guna bagi kita untuk saling menyalahkan. Semoga Allah yang segala puji seluas langit dan bumi dan seluas apa yang Ia kehendaki setelah itu hanyalah milikNYA memberikan hati yang bersih, tulus, dan lembut sehingga mudah bagi kita untuk menerima isyarah dariNYA.

Amin