Jumat, 17 April 2009

I'tidal

I'tidal


Allah SWT, Tuhan semesta alam Yang dua sifat Nya selalu kita lafadzkan di awal berkegiatan. Sifat yang membuat manusia terus hidup dan selalu berkecukupan baik dari sisi jasmani maupun rohani. Dua sifat Allah itu adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Deangan sifat Nya yang Maha Pengasih, Allah menjamin kehidupan semua umat manusia, baik muslim maupun non muslim tanpa terkecuali. Sedangkan dengan sifat Nya yang Maha Penyayang, Allah akan mencurahkan rasa sayang Nya dengan takaran yang lebih kepada manusia yang memeluk islam sebagai agama nya jika dibandingkan dengan alokasi rasa sayang bagi manusia pada umumnya. Tetapi, bukan dua itu yang akan kita diskusikan sekarang (insya Allah akan dibahas laen waktu). Dalam tulisan ini lagi pengen kita obrolin sifat Allah yang tersurat di lafadz yang dibaca saat melakukan I'tidal dalam sholat (sesudah ruku).


I'tidal dimulai dengan kata sami'. Sami' berarti mendengar. Karena kata sifat ini dipasangkan dengan Allah, maka arti kata sifat ini menjadi Maha Mendengar. Jika sifat Allah yang sami' ini dikaitkan dengan kehidupan manusia, arti nya ialah, Allah mendengar segala sesuatu, baik yang terucap oleh lisan (jahri) maupun yang terucap oleh hati (sirri). Gitu doang??? Hehehe, engga laaah, lanjuuuut. Mengapa kata sami' di letakan di awal lafadz I'tidal.


Mari kita mulai dari membaca lafadz I'tidal secara utuh (red - lafadz I'tidal di sini ialah versi yang dilafadzkan oleh penulis dalam sholat nya, karena mengingat begitu banyak versi untuk mengagungkan asma Allah dalam I'tidal), 

SAMI'ALLAAHU LIMAN HAMIDAH RABBANAA LAKAL HAMD MIL-ASSAMAAWAATI, WA MIL-ALARDHL, WA MIL-A MAA SYI-TA MIN SYAI-IN BA'D

Jika diterjemahkan secara perkata maka:

Sami' : Maha Mendengar
Allah : Allah
Li : Atas
Man : Manusia yang
Hamindah : Memuji
Rabbanna : Ya Tuhan ku
La/Li : Bagi
Ka : Engkau
Hamd : Pujian
Min/Mil : Dari/segenap
Assamawat : Langit
Wa : Dan
Min/Mil : Dari/segenap
Alardhl : Bumi
Wa : Dan
Min/Mil : Segenap
Amaa Syita : Yang Engkau Kehendaki
Ba'd : Setelah nya

Jika diterjemahkan secara perkalimat maka:

Artinya : Maha Mendengar Allah atas orang - orang yang memuji. Ya Tuhan ku, sesungguh nya hanya bagi Engkau pujian - pujian segenap langit dan seluas bumi, dan segenap yang Engkau kehendaki selain dari itu (yang Engkau kehendaki setelah nya).

  1. Berkomunikasi dengan Allah : Ketika kita beribadah, sebenarnya kita sedang berkomunikasi dengan Allah, kita ngobrol dengan Allah. Kita menyampaikan keinginan kita kepada Allah baik dengan menggunakan hati maupun dengan menggunakan lisan. Pertanyaan nya, apa benar kita ini sedang ngobrol kepada Allah saat beribadah? Iyaaa, kembali ke arti lafadz I'tidal, "Maha Mendengar Allah atas orang - orang yang memuji". Lalu kapan kita memuji Allah (kapan kita didengar oleh Allah)? Jangan berhenti di situ I'tidal nya, lanjutkan dengan "Ya Tuhan ku, sesungguh nya hanya bagi Engkau pujian - pujian segenap langit dan seluas bumi, dan segenap yang Engkau kehendaki selain dari itu (yang Engkau kehendaki setelah nya)", nah dengan membaca lafadz tersebut, kita sedang memuji Allah khan, soo, ketika kita mengucapkan nya, saat itu juga Allah sedang mendengar kita (mari kita rasakan dalam hati, ucapan kita di dengar oleh Allah saat itu juga, kita sedang ngobrol sama Allah). Alhamdulillah... 
  2. Pengabulan permintaan : Dari arti lafadz I'tidal di atas, Allah Dzat yang Maha Mendengar, juga memiliki ketentuan khusus dalam mengaplikasikan sifat Nya yang sami' (seperti ketentuan sifat ar-Rahman & ar-Rahiem Nya). Lalu, kelompok manusia seperti apa yang akan lebih didahulukan suaranya untuk didengarkan dan di kabulkan permintaannya? Jika dilanjutkan dengan kata yang mengikuti kata SAMI' ALLAHU LIMAN, maka kita akan menemukan kata HAMIDAH yang arti nya memuji, dengan melihat kata ini, maka jelaslah bahwa Allah akan lebih mendengar permintaan manusia yang memuji Nya. Tetapi, kok seakan - akan Allah pamrih gitu ya kepada kita (setelah dipuji baru didengar suara kita), hmmm bukan demikian cara mengartikan nya, mari kita mengingat sifat Allah yang lain, bahwa Allah menyukai keindahan (oleh karenanya alam semesta ini diciptakan Allah dalam keadaan yang indah). Jika kita kaitkan sifat Allah yang Sami' dan Yang Mencintai Keindahan, maka kesimpulannya adalah, dengan Allah lebih mendengar doa orang - orang yang memuji Nya, maka alam ini akan tetap indah, karena orang - orang yang selalu memuji Allah tidak suka untuk berbuat kerusakan di muka bumi (alam semesta), karena yang mereka inginkan akan juga menjaga bumi tetap utuh, hutan penuh dengan pohon yang rindang, pantai dengan ikan dan coral yang indah, hubungan antar manusia juga akan terjaga (dan mereka tidak suka berbuat kerusakan). Wajar doong kalo orang - orang ini lebih didengar oleh Allah.

Temans, mari kita berserah kepada Allah, karena hanya Allah lah yang menggerakan hati kita untuk bersyukur dan memuji Nya, tanpa Allah menggerakan hati kita, akan berat rasanya bagi kita untuk memuji  dan berkomunikasi dengan Nya...

3 komentar:

  1. “Wahai orang-orang yang beriman,
    mohonlah pertolongan Allah dengan sabar dan shalat.
    Sesungguhnya allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah 153

    Ruku’lah kita . . .

    Maha Agunglah-Ia dan kita memuji-Nya. Lalu Allah mendengarkan orang-orang yang memuji-Nya
    dan menjawab derap-derap permohonan yang menggelora.

    Sujudlah kita . . .

    Maha Tinggi Ia dan kita merasa betapa dekatnya,
    betapa mesranya, betapa asyiknya bisa berbicara padaNya dalam hening,
    mengadu, berkeluh-kesah tentang segalanya, ya segalanya . . .
    dan tentu dengan memohon, berdoa, meminta.
    Begitulah hingga dalam gerak-gerak itu kita temukan makna ihsan,
    “ . . . Kau menyembahAllah seakan-akan kau melihatnya.
    Jika engkau tak dapat melihatnya, yakinlah . . .
    Ia yang menatapmu dengan lekat setiap saat . . . “

    BalasHapus
  2. Nuhun Daiichi sudah maw mampir, mari saling mengingatkan =)

    BalasHapus
  3. aku mau tnx,,
    ihtidal artinya .... ?
    mohn di bls cpta ya !

    BalasHapus